Sabtu, 25 Mei 2013
Pura Besakih
Pura besakih terletak di desa rendang kabupaten karangasem kurang lebih 90 km dan 2 jam perjalanan dari pusat kota denpasar. pura besakih sendiri terletak diketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Sejarah Dari beberapa babad pernah menyebutkan pura besakih adalah pura tempat bersemayam dewa tertinggi Kata "Besakih"
sendiri berasal dari kata "Basuki" yang berarti 'selamat' dan lama lama
di eja menjadi Basukir dan Basukih, dan akhirinya menjadi Besakih.
Nama pura besakih terdapat di dua buah prasasti yang disimpan di Gedong
Penyimpenan di Natar Agung, dan satunya di simpan di Merajan Selonding
dan sebuah lagi di Pura Gaduh Sakti di desa Selat. Sejarah Pura Besakih
sendiri berhubungan erat dengan perjalanan Sri Markandeya (seorang
Brahmana Siwa) dari Gunung Raung jawa timur, daerah Basuki, Jawa Timur.
Rombongan beliau terpaksa kembali ke Jawa karena banyak diantara mereka
yang meninggal terserang penyakit. Setelah mendapat petunjuk di Gunung
Raung, beliau kembali ke Bali dan mengadakan penanaman Panca Datu (5
jenis logam yaitu emas, perak, besi, tembaga dan permata) di lereng
Gunung Agung yang kemudian dikenal dengan Pura Basukia.Pada zaman dahulu, Pura Besakih langsung di bawah
pengawasan penguasa daerah Bali. Disebutkan Sri Wira Dalem Kesari yang
membuat Merajan Selonding (sekitar tahun 250 M), kemungkinan beliau
adalah Raja Kesari Warmadewa yang memerintah sekitar tahun 917.
Prasastinya terdapat di Malet Gede, di Pura Puseh Panempahan dan di
Belanjong. Pada zaman pemerintahan Sri Udayana Warmadewa, pura ini
mendapat perhatian besar, seperti terdapat dalam prasasti Bradah, dan
prasasti Gaduh Sakti. Dalam lontar Jaya Kesunu disebutkan Raja Sri
Jayakesunu memerintahkan memasang penjor pada Hari Raya Galungan sebagai
lambang Gunung Agung. Pada zaman Sri Kresna Kepakisan, seperti terdapat
dalam lontar raja Purana Besakih tentang upacara, nama pelinggih, tanah wakaf (pelaba), susunan pengurus, tingkatan upacara diatur dengan baik.







0 komentar:
Posting Komentar