Tak kalah dengan New York yang memiliki kebanggaan Patung Liberty,
Surabaya punya Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sebagai ikon
kebanggaan. Sosok perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian
lengkap (tenue PDU-I) menatap ke arah laut mewakili generasi bahari yang
akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen dengan ketinggian 31
meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya
tetenger TNI AL semata. Patung itu juga berfungsi sebagai mercusuar
pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut sekitarnya. Monjaya dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar. Patung inipun
disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang
berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen
sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga, dirancang oleh
pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta. Pendirian monumen yang digagas Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala
Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, diharapkan dapat menambah
semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya
sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai ikon kebanggaannya. Di pelataran Monjaya, terdapat sebuah gong besar yang dibuat dan
diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong raksasa tersebut
berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton. Gong tersebut
biasa disebut Kiai Tentrem.
Sabtu, 25 Mei 2013
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya)
Tak kalah dengan New York yang memiliki kebanggaan Patung Liberty,
Surabaya punya Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sebagai ikon
kebanggaan. Sosok perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian
lengkap (tenue PDU-I) menatap ke arah laut mewakili generasi bahari yang
akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen dengan ketinggian 31
meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya
tetenger TNI AL semata. Patung itu juga berfungsi sebagai mercusuar
pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut sekitarnya. Monjaya dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar. Patung inipun
disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang
berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen
sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga, dirancang oleh
pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta. Pendirian monumen yang digagas Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala
Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, diharapkan dapat menambah
semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya
sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai ikon kebanggaannya. Di pelataran Monjaya, terdapat sebuah gong besar yang dibuat dan
diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong raksasa tersebut
berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton. Gong tersebut
biasa disebut Kiai Tentrem.






0 komentar:
Posting Komentar